Bubar, Bukber

Oleh: Hasan Al Banna. 

ilustrasi berbuka puasa
BERAGAM  kegiatan digelar oleh umat Islam untuk menyemarakkan bulan suci ramadan. Selain kegiatan keagamaan yang inti semacam taraweh dan tadarus, tidak sedikit pula kelompok masyarakat penunai puasa menggelar acara-acara positif lain seperti pesantren kilat, atau yang paling populer adalah bubar alias buka bareng (baca selengkapnya: buka puasa bareng). 

Ada hal yang menggelitik ketika mendengar pelafalan /e/ pada kata bareng, khususnya bagi pemakai bahasa Indonesia di Medan. Tanpa bermaksud menggeneralisasi, tetapi lidah orang Medan tidak terlalu ‘berjodoh’ dengan kata-kata yang mengandung huruf /é/ pepet (sering juga diseru /é/ lemah). Selain kata bareng, riskan pula mendengar pengguna bahasa di Medan melafazkan kata banget, misalnya. Setali tiga uang pula dengan kata kangen. Pada ketiga kata tersebut terdapat /é/ pepet.

Sebenarnya, peredaran kata bareng yang memiliki arti ‘bersama-sama’ dan banget yang bermakna ‘sangat’ lebih banyak terlontar dari para pemakai bahasa di Jakarta. Usut punya usut, kedua kata ini menjadi populer di luar Jakarta karena sering tersiar pada acara sinetron dan entertainment di sejumlah televisi. 

Memang, tidak mudah menangkis pengaruh siaran televisi terhadap kebiasaan berbahasa masyarakat, terlebih bagi yang tidak berdomisili di ibukota. Melalui televisi, bahasa dialek Betawi di samping bahasa asing lumayan mengganggu kearifan bahasa lokal di bagian lain wilayah Indonesia. Pendek kata, ada banyak penggalan Jakarta di daerah-daerah luar ibukota, termasuk Medan! Kita kerap mendengar terkhusus kawula remaja Medan, yang gemar melafazkan deh-dong-lo-gue, padahal mereka sama sekali tidak fasih ketika melafalkannya. Termasuk dalam melafazkan kata bareng dan banget!

Namun, bukankah kata bareng dan banget sudah termaktub dalam KBBI? Ya, benar, meskipun ditandai dengan kode cak yang berarti ‘ragam cakapan, yang digunakan dalam ragam tidak baku’. Sebenarnya, baku atau tidak baku bukanlah saripati yang hendak dipersoalkan dalam tulisan ini, tetapi bagaimana pilihan terhadap kata bareng dan banget juga banyak kata yang diimpor dari bahasa dialek Betawi, tidak pas untuk kearifan dialek masyarakat pemakai bahasa di Medan dan sekitarnya. 

Oleh sebab itu, bunyi iklan sebuah perusahaan otomotif top di Jakarta, terkait acara berbuka puasa, cukup arif dan patut diapresiasi khalayak Medan. Seperti apa isi iklannya ? Iklan tersebut memamerkan istilah bukber alias buka bersama (baca selengkapnya: buka puasa bersama). Istilah bukber  -> buka bersama lebih dapat diterima lidah orang Medan ketimbang istilah bubar -> buka bareng. 

Demikianlah. Bagi masyarakat Medan yang masih memiliki agenda buka puasa bersama dengan keluarga, kerabat atau para sahabat, selamat menunaikan bukber! ***

Penulis adalah staf teknis pada Balai Bahasa Sumut.
*dikutip dari Analisa

0 comments:

Post a Comment